Seseorang yang saya sayangi sedang mempertanyakan dan mencari cinta sejati. Well, sebuah jebakan romantisme lagi2 ada di hadapan saya.Dia sangat yakin cinta sejati itu ada. Saya terus tanya cinta sejati yang seperti apa yang dia cari? “cinta sejati yang membebaskan, cinta sejati yang membuat ringan hati, yang bisa membuat merasakan ketulusan tanpa ego yang mengikat, dll”. Well lagi-lagi seorang platonik sdg saya hadapi. Sebuah pencarian cinta yang compatible dan aplicable buat semua hubungan? Hmmm…bisa ga sih? Handphone aja masing2 negara ada sistemnya sendiri2.Cinta? Bukannya saya meremehkan atau apa, tapi di otak saya yang sering kurang seons ini sebuah “Swissarmy knife of Cinta ” kayaknya agak tok..tok..tok ( kalau kata Obelix).
Cinta sejati versi ilahi tersebuh buat saya itu hanya satu dan mungkin satu-satunya, yaitu Cinta kepada Tuhan. Bahkan cinta kepada sesama pun masih ga juga.Kenapa? mari kita liat sebuah definisi bahwa cinta sejati itu definisi paling sederhana “Cinta tanpa ego”. Sedangkan kita manusia bukan? Ego itu diciptakan berbarengan dengan penciptaan jantung dan hati. Bisakah ego di ‘tanpa’kan? Ego hanya bisa dikendalikan. Jadi kata ‘kendali’ itu kan bukan ‘tanpa” ? Jadi kalau manusia memerlukan ‘cinta tanpa ego’ berarti manusia bisa menemukannya sesudah manusia mati. Karena ketika bayi dilahirkan itu artinya manusia suka ga suka sudah ‘diikat’ dengan dunia.
Ego adalah bagian dari kemanusiaan, ketika ego ditiadakan berarti kemanusiaan itu ditiadakan juga. Kalau dalam tulisan saya yang terdahulu saya menganalogikan bahwa yang disebut cinta sejati itu ibarat baju yang handmade buatan butik dimana masing2 orang akan dibuatkan khusus hanya untuk orang itu. Sekarang saya menganalogikan cinta itu seperti iklan. Dimana masing2 iklan itu punya target audiencenya masing dengan frame of interest masing2 ( deuuuuuuu…mentang2 yang pernah kerja di iklan neh).iklan pembalut wanita pasti yang tertarik nonton adalah perempuan ( iyalah kl cowo beli Kotex bisa2 cuma buat kompres kepala kan :p), iklan mobil buat cowo dll. Tapi masing2 iklan punya benang merah yang sama yaitu bicara kepada manusia ( iyalah masak ngomong ke kursi or meja:D).Kenapa? ya masing2 cinta punya format sendiri2 tentang hubungan2 yang melibatkannya. Cinta ke anak , cinta ke teman, cinta ke suami/istri., cinta ke cem2an, cinta ke Tuhan, Cinta ke orang tua, dll. Masing-masing punya format dan penjabarannya masing2. Cinta itu tidak tiran dan fasis , karena cinta itu tidak berbaris , rapi dan seragam.Cinta itu seperti kantong ajaib doraemon,diambil sesuai kebutuhan.Cinta itu ibarat kalo novel waktu saya muda ( ehem!!!), adalah novel petualangan Lima Sekawan. Penuh dengan advotur perjalanan2 emosi manusia ( apapun!!).yah kalau di acara tv kabel semacam Amazing Race atau Jelajah di tv 7 ( bener ga siy channelnya?). Semua perjalanan emosinya so suprising. ( ciyehh english!)
“Ah kamu ga paham yang aku maksud. Cinta tanpa keterikatan. Kamu baca Awarnessnya Anthony De Melo kan? ” ngotonya keukeuh ( huh! Dasar Leo shio Monyet kalau ga ngotot ga juara deyy).Tuh kan buku-buku cinta platonis itu kadang memang meracuni realitas orang. Padahal kalau kita baca hampir semua buku-buku cinta para sufi itu rata2 isinya adalah cinta2 agape dan cinta Tuhan.Orang sering banget salah ngira kalau para sufi itu pasti selibat. Gak lah yaw, Jalaludin Rumi aja istrinya 2,hampir semua nabi beristri kecuali Yesus ( itu aja sdg dipolemikan skg hub dia dengan Maria Magdalena), apalagi Muhammad . Semua ‘kekasih2 Tuhan’ itu semua menyeimbangkan dua dunia yang mereka butuhkan.Dunia manusia dan dunia Berburu Hantu ( ga deng…maksudnya spiritual). Mereka menjalani kehidupaan kemanusiaan dan keilahian secara seimbang.Terus hanya orang-orang yang belum pernah menyentuh secara real permasalah hubungan manusia yang kompleks dengan ego, nafsu dan semua unsur ‘the darkness of the moon’ manusia, makanya mampu membuat tulisan-tulisan surgawi tentang hubungan cinta tak tersentuh ego tsb.
Come on dear get real who are they? Pernahkan Gibran pacaran? Dia dengan cinta platoniknya ke Maizeda pernahkah ketemu?Faluthi si penulis sufi dng bukunya “Magdalena” itu apakah jg pernah ketemu dng kekasih platoniknya? Melo mah ga usah dibahas, dia pastur cing! Nah Gibran, Melo, Faluthi or siapapun penganut platonic itu ga pernah deal real dengan emosi lawan jenisnya.Gibran mana pernah berantem ama cewenya buat hal sepele malam minggu mo nonton or mo makan? Faluthi apa pernah deg2an cewenya digebet orang karena ikut lomba miss Indonesia?Melo apa pernah bininya pusing minta duit gara2 BBM naek.
Platonik2 sejati itu emang layak dapat 5 jari meliuk2 ke bawah sambil bilang “kesiaaaaaaaan deh lu!” kenapa? Dijaman mereka nulis, kan belum ada internet jadi ga tau itu ama MIRC, YM, ICQ dll. ( yah apes2nya di jaman saya smp ya brik2an orari 10 meteran…ya oroooooooh tuah banget ga siy ). Kalau mereka ngalamin ceting mereka akan terbiasa menghadapi sesuatu emosi maya yang terus dengan sepenuh hati mendapat ‘cling’ ( gambar lampu kl di kartun donald bebek) bahwa emosi itu dari Tuhan.Padahal itu mah cuma ephoria sesaat karena dpt mainan baru di emosinya. kayak jaman kecil kalau baca Lima Sekawan trus seolah2 jadi petualang beneran.Tulisan itu semiotikanya dahsyat.Uh ingat ga jaman sd surat2an ala sahabat pena majalah Kuncung? begitu kring-kring pos buruan deh nyerbu pak pos.

…to be continued