Review:
Dunia yang dibangun Novi adalah serangkaian fatamorgana: yang tak berwujud, tapi hadir, tak tersangka-sangka, dan dengan demikian ajaib. Tapi bila ‘fatamorgana’ tak pernah dibangun sebagai sebuah panggung, tak kan lahir latar yang jadi tempat terjadinya cerita-cerita ini, diciptakan dengan efek yang fantastis. Sejak Danarto menulis “Godlob” dan cerita-cerita lainnya di tahun di akhir 1960-an, prosa Indonesia diperkenalkan dengan kisah-kisah magis yang tak pernah ada sejak zaman balai Pustaka di awal abad ke-20. Sejak Danarto, sastra dimungkinkan untuk bercerita tentang kehidupan yang ‘aneh’, yang tiba-tiba menyeruak dalam kehidupan sehari-hari.
Novi meneruskan trend ini. Tapi saya rasa yang mendorongnya bukan kebutuhan akan fantasi, melainkan keakraban dengan fantasi itu – juga dengan melankoli: warna senja, malam, kematian dan perpisahan dominan dalam prosanya. Mungkin itu menyiratkan bahwa yang ajaib adalah sesuatu yang sementara, atau tak pernah dikenal, atau dilupakan, sebagaimana dongeng anak-anak dilupakan orang dewasa.
Novi berusaha menangkap itu, dan seperti jurupotret yang penuh perasaan, mengabadikannya.
Goenawan Mohamad
Mengolah kata-kata agar bermakna dan punya nilai rasa bahasa yang pas adalah puncak kesenangan bafi seorang penulis. Novi dalam hal ini punya keunggulan daya imajinasi yang feminin dan dalam. Membuat karyanya unik tapi tetap mudah dimengerti’ (Petty S Fatimah, pemimpin redaksi majalah Femina)
Cerpen-cerpennya menggali spiritualisme secara sublim. ( Putu Fajar Arcana, Kompas )