ruang tunggu:
aku tunggu ruhmu disini kata detak pada sebuah bayang
mungkin ini saatnya kita ada di ruang yang sama
ruhmu dan ruhku akan duduk berdampingan
untuk melihat burung kolibri pulang pada
sebuah senja yang berputik jingga
dan mata kita akan kembali bercinta
untuk mengalirkan kembali detak
di tempat dimana darah kembali berpora
ruang nomor empat:
berjuta pertanyaan tentang cinta berhamburan di antara
sunyi yang mendera tiba-tiba dan berdentam sejuta
harap untuk sebuah permintaan
” Maukah kamu berbagi waktu denganku untuk membelah
semua belatung kegelisahaan dan resah yang memekakkan
dada?”
” Mungkin alamat tujuan kita berbeda arah, dan kita mungkin hanya berpapasan
di persimpangan dan sejenak duduk untuk saling menyapa rongga-rongga
yang tertelan senyap pada sebuah malami”
“yakinkan aku tentang dongeng-dongeng purba sebuah akhir yang selalu
bernama bahagia selama-lamanya , padahal sebuah sepatu kaca
akan retak setiap saat ketika berjejak pada realita yang meranggas”
“anak kecil di dalam diriku akan selalu butuh udara dan angin untuk
menerbangkan airmata yang berwarna biru”
“baiklah, selamat tinggal. aku membatu bersama ruangku”
ruang nomor sepuluh:
pada sebuah airmata kutambatkan luka yang mengangga pada sebuah
mimpi abu-abu bernama cinta.
pada sebuah senja kutautkan rasa tentang mimpi upik abu yang retak
tanpa pesta istana.
pada sebuah mata kutanyakan tentang makna sebuah labirin yang
berisi detak yang meronta.
ruang tak bernama:
kita sudah mati ketika kita tidak bermimpi
( ah,meskipun impian serapuh gelembun
sabun bukan?)
ruang dengan detak sunyi:
apa yang kita harus takuti pada sebuah sepi
ketika sunyi adalah deru nafas kita sendiri?
ruang bersama Tuhan:
Tuhan? ah itu sebuah nama generik untuk sebuah kekuatan Maha Besar di luar nalar
manusia.
ruangku :
aku pecinta yang memunguti serpihan rasa yang tercecer pada sebuah senja
ruangmu :
kamu sebebas angin dan udara, sebiru angkasa dan sedalam samodera
…
dan pada sebuah ruang bernama sekarang
kutempelkan nama-nama pada dinding-dinding kenangan
yang melekat begitu saja pada kepala
dengan rekahan luka yang begitu lirih bunyinya
…
( High and Dry — Radiohead)
Ubud, 27 Mei 2011