Sekarang ini saya sedang giat2nya belajar menembang sehingga di hppun saya taruh lirik2 kidung2 jawa dan bali. Tanpa sengaja saya menyanyikan Kidung Lingsir Wengi, tiba-tiba Winda guru baru yang cantik itu teriak2 “Bude, jangan nyanyi lagu itu dong, itu kan lagu pemanggil kuntilanak”. Saya kaget  sekali karena sejak kecil nenek2 saya selalu menyanyikan lagu itu di tengah malam untuk sekedar bercakap bersama semesta. Setelah saya selidiki ternyata mitos itu berawal dari film Kuntilanak yang memakai kidung itu sebagai entry point kedatangan kuntilanak. Tentu saja saya sangat marah terhadap siapapun ide pembuatan film itu.

Kidung ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga sudah terkenal di wilayah Nusantara dan sering dilantunkan di pedesaan pada pertunjukkan ketoprak, wayang kulit dll atau peronda di malam hari yang sunyi. Bait yang utama dari kidung  itu sangat dikenal karena berisi mantra tolak balak, sedangkan bait selanjutnya yang berjumlah delapan jarang dinyanyikan karena dianggap terlalu panjang. Laku kidung ini mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti, beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan fungsi kidung secara eksplisit tersurat dalam kalimat kidung itu, yang antara lain; Penolak balak di malam hari, seperti teluh, santet, duduk, ngama, maling, penggawe ala dan semua malapetaka. Pembebas semua benda . Pemyembuh penyakit, termasuk gila. Pembebas pageblug. Pemercepat jodoh bagi perawan tua. Menang dalam perang . Memperlancar cita-cita luhur dan mulia.

Kidung Rumeksa Ing Wengi 

—————————-

Ana kidung rumekso ing wengi

Teguh hayu luputa ing laraluputa bilahi kabeh

jim setan datan purun

paneluhan tan ana wani

niwah panggawe ala

gunaning wong luput

geni atemahan tirta

maling adoh tan ana ngarah ing mami

guna duduk pan sirno

Sakehing lara pan samya bali

Sakeh ngama pan sami mirunda

Welas asih pandulune

Sakehing braja luput

Kadi kapuk tibaning wesi

Sakehing wisa tawa

Sato galak tutut

Kayu aeng lemah sangar

Songing landhak guwaning

Wong lemah miring

Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir

Nadyan arca myang segara asat

Temahan rahayu kabeh

Apan sarira ayu

Ingideran kang widadari

Rineksa malaekat

Lan sagung pra rasul

Pinayungan ing Hyang Suksma

Ati Adam utekku baginda Esis

Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih

Nabi Yakup pamiryarsaningwang

Dawud suwaraku mangke

Nabi brahim nyawaku

Nabi Sleman kasekten mami

Nabi Yusuf rupeng wang

Edris ing rambutku

Baginda Ngali kuliting wang

Abubakar getih daging Ngumar singgih

Balung baginda ngusman

Sumsumingsun Patimah linuwih

Siti aminah bayuning angga

Ayup ing ususku mangke

Nabi Nuh ing jejantung

Nabi Yunus ing otot mami

Netraku ya Muhamad

Pamuluku Rasul

Pinayungan Adam Kawa

Sampun pepak sakathahe para nabi

Dadya sarira tunggal

 

Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Ada kidung rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas

dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun

tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat.

guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku.

Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.

Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakup pendenganranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi sulaiman

menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi

rupaku. Ali sebagai kulitku. Abubakar darahku dan Umar dagingku.

Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti fatimah sebagai

kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh

didalam jantungku. Nabi Yunus didalam otakku. Mataku ialah Nabi

Muhamad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka

lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.

 

Ubud, September 2012